Kisah Seorang Penjagal Menjadi Buddha |
|
l |
Ilustrasi
Konon, dahulu ada seorang penjagal. Pada suatu hari, dia menyadari
bahwa dia harus berbuat baik. Lalu dia memutuskan akan menderma dan
memberi makan seorang bhiksu yang ada didesanya.
Karena berniat akan memberi makan kepada bhiksu ini, dan bhiksu adalah
seorang vegetarian, lalu dia pergi ke pasar membeli sayur-sayuran dan
peralatan makan yang baru.
Ketika melihat bhiksu ini makan, penjagal sangat terharu, di dalam
hatinya dia berpikir, setelah bhiksu ini selesai makan, jika dia dapat
berceramah mengenai kitab Buddha alangkah baiknya, maka saya akan
berhenti menjadi penjagal binatang, dan akan mencari pekerjaan yang
lain.
Tetapi setelah selesai makan, bhiksu ini tidak mengatakan sepatah
katapun, lalu meninggalkan rumah penjagal ini. Penjagal sangat kecewa,
akhirnya dia terus melaksanakan pekerjaannya sebagai penjagal binatang.
Ketika meninggal masuk ke neraka menebus semua dosa-dosanya hidup dengan
sangat sengsara.
Setelah beribu-ribu tahun berlalu, suatu hari Bodhisattva langit dan
bumi pergi ke neraka untuk menyelamatkan mahluk hidup. Dia bertanya,
“Diantara kalian jika ada salah seorang dapat mengingat perbuatan baik
yang pernah kalian lakukan semasa hidup kalian, silahkan ceritakan, maka
mulai saat ini kalian mempunyai harapan untuk diselamatkan.”
Banyak mahluk hidup di neraka yang amat menderita, tetapi tidak ada
satupun yang bisa menjawab, setelah waktu berlalu sangat lama, tidak ada
seorangpun mengingat pernah melakukan satu hal yang baik.
Akhirnya penjagal ini berkata, “Saya mengingat satu hal, tetapi saya
tidak tahu apakah hal ini memang perbuatan baik atau tidak, saya pernah
memberi makan kepada seorang bhiksu, sebenarnya saya berharap setelah
dia selesai makan dia akan berceramah kepada saya, maka saya memutuskan
tidak akan menjadi penjagal lagi. Tetapi setelah dia selesai makan dia
langsung pergi, akhirnya saya terus menjadi penjagal binatang, setelah
meninggal menderita di neraka sampai hari ini.”
Dengan kemampuan supernormalnya, Bodhisattva berkomunikasi pada bhiksu
yang dimaksud oleh si Penjagal, apakah pernah diberi makan oleh penjagal
ini, tetapi tidak berceramah kepadanya. Bhiksu itu lalu merasa sangat
menyesal dan malu, “Memang hal tersebut ada, pada saat itu saya belajar
ajaran Theravada, hanya memperhatikan pembebasan diri sendiri, sehingga
tidak berceramah menyelamatkan mahluk hidup,” kata bhiksu itu.
“Pada saat itu saya telah diberi makan, tetapi tidak berceramah kepada,
setelah sekarang dipikirkan hati saya sungguh gelisah, untuk
menyelesaikan masalah ini, saya berniat turun ke bumi untuk
menyelamatkan penjagal yang memberi saya makan,” jelasnya.
Bodhisattva langit dan bumi sangat gembira mendengar kabar ini, lalu
membiarkan mereka reinkarnasi kembali ke bumi dengan ingatan masa lampau
mereka telah dihapus bersih oleh penjaga neraka. Penjagal tetap menjadi
penjagal, dan bhiksu ini tetap menjadi bhiksu, tetapi mereka sekarang
menjadi sahabat baik.
Pada suatu hari, bhiksu ini datang berkunjung kerumah penjagal, tetapi
melihat toko penjagal ini tertutup, dia lalu mengetuk pintu, dia melihat
penjagal dalam keadaan lesu dan sedih, dia lalu bertanya ada masalah
apa, penjagal berkata dia kekurangan modal untuk membuka usahanya.
Lalu bhiksu ini berkata, “Jangan khawatir, saya akan meminjam modal
kepadamu, engkau dapat melanjutkan usahamu kembali, tetapi syaratnya
adalah ketika saya memerlukan pasokan daging kapanpun waktunya, engkau
harus memenuhi permintaan saya!. ”
Setelah penjagal babi ini mendengar syarat yang diberikan dalam hatinya
ia berpikir, “Usaha saya adalah menjual daging babi, tentu saja
kapanpun engkau menginginkan pasokan daging dapat saya berikan, syarat
ini sangat gampang.”
Lalu dia berjanji kepada bhiksu. Bhiksu lalu meminjamkan uangnya kepada
penjagal, penjagal kembali bisa membuka tokonya. Selama 3 tahun tidak
ada masalah. Bhiksu tidak pernah datang menagih hutangnya.
Pada tahun ke empat, Kaisar yang naik tahta adalah seorang umat Buddha
yang setia, dia membuat peraturan, setiap tanggal 19 bulan Juni, pada
ulang tahun Bodhisattva, diseluruh negeri selama 3 hari berpuasa tidak
boleh memakan daging dan penyembelihan binatang, yang melanggar
peraturan akan dihukum mati.
Tepat tanggal 19 Juni, bhiksu itu tergesa-gesa datang ke penjagal,
memintanya memberikan kepadanya daging 10 gr, penjagal menjadi marah
berkata, “Engkau sengaja mempermainkan saya ya, kenapa tidak datang
lebih awal atau lebih lambat, harus hari ini, engkau tahu diseluruh
negeri selama tiga hari tidak boleh memakan dan menyembelih binatang.
Engkau sengaja datang mempersulit saya!.”
Bhiksu ini lalu berkata, “Kita berdua sudah berjanji, saya meminjamkan
engkau modal, syarat satu-satunya adalah, kapanpun saya memerlukan
pasokan daging engkau harus memenuhi permintaan saya, saya hari ini ada
urusan penting memerlukan daging ini, bagaimana mungkin engkau tidak
dapat memberikan kepada saya?.”
Penjagal tahu memang dia pernah berjanji, lalu berkata, “Bisakah engkau
mencarikan saya jalan keluarnya?” Bhiksu berkata: ”Hari ini diseluruh
negeri berpantang penyembelihan binatang dan berpuasa daging,
penyembelihan binatang apapun akan dihukum mati, tetapi saya terdesak
memerlukan daging, saya mempunyai sebuah akal, sekarang saya hanya
memerlukan 10 gram daging, potong saja daging ditubuhmu.”
Penjagal menjerit, “Apa ? dari tubuh saya memotong sepotong daging.
Apakah engkau kira saya tidak akan kesakitan?! Bhiksu tiba-tiba
berkata:” Hanya memotong 10 gr daging ditubuh saja engkau sudah menjerit
kesakitan, berapa banyak daging yang sudah engkau potong! Apakah mereka
tidak akan kesakitan?.”
Penjagal langsung tersadar , “Benar ketika saya memotong hewan, mereka
juga pasti kesakitan!” Mulai saat itu dia berhenti menjadi penjagal,
mengikuti bhiksu ini belajar ajaran Buddha, akhirnya memperoleh buah
status menjadi Bodhisattva. (Clearwisdom/hui)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar