Sabtu, 18 Mei 2013

Kisah Seorang Penjagal Menjadi Buddha

Kisah Seorang Penjagal Menjadi Buddha
l



alt
Ilustrasi
Konon, dahulu ada seorang penjagal. Pada suatu hari, dia menyadari bahwa dia harus berbuat baik. Lalu dia memutuskan akan menderma dan memberi makan seorang bhiksu yang ada didesanya.
Karena berniat akan memberi makan kepada bhiksu ini, dan bhiksu adalah seorang vegetarian, lalu  dia  pergi ke pasar membeli sayur-sayuran dan peralatan makan yang baru.
Ketika melihat bhiksu ini makan, penjagal sangat terharu, di dalam hatinya dia berpikir, setelah bhiksu ini selesai makan, jika dia dapat berceramah mengenai kitab Buddha alangkah baiknya, maka saya akan berhenti menjadi penjagal binatang, dan akan mencari pekerjaan yang lain.
Tetapi setelah selesai makan, bhiksu ini tidak mengatakan sepatah katapun, lalu meninggalkan rumah penjagal ini. Penjagal sangat kecewa, akhirnya dia terus melaksanakan pekerjaannya sebagai penjagal binatang. Ketika meninggal masuk ke neraka menebus semua dosa-dosanya hidup dengan sangat sengsara.
Setelah beribu-ribu tahun berlalu,  suatu hari Bodhisattva langit dan bumi pergi ke neraka untuk menyelamatkan mahluk hidup. Dia bertanya, “Diantara kalian jika ada salah seorang dapat mengingat perbuatan baik yang pernah kalian lakukan semasa hidup kalian, silahkan ceritakan, maka mulai saat ini kalian mempunyai harapan untuk diselamatkan.”
Banyak mahluk hidup di neraka yang amat menderita, tetapi tidak ada satupun yang bisa menjawab, setelah waktu berlalu sangat lama, tidak ada seorangpun mengingat pernah melakukan satu hal yang baik.
Akhirnya penjagal ini berkata, “Saya mengingat satu hal, tetapi saya tidak tahu apakah hal ini memang perbuatan baik atau tidak, saya pernah memberi makan kepada seorang bhiksu, sebenarnya saya berharap setelah dia selesai makan dia akan berceramah kepada saya, maka saya memutuskan tidak akan menjadi penjagal lagi. Tetapi setelah dia selesai makan dia langsung pergi, akhirnya saya terus menjadi penjagal binatang, setelah meninggal menderita di neraka sampai hari ini.”
Dengan kemampuan supernormalnya, Bodhisattva berkomunikasi pada bhiksu yang dimaksud oleh si Penjagal, apakah pernah diberi makan oleh penjagal ini, tetapi tidak berceramah kepadanya.  Bhiksu itu lalu merasa sangat menyesal dan malu, “Memang hal tersebut ada, pada saat itu saya belajar ajaran Theravada, hanya memperhatikan pembebasan diri sendiri,  sehingga tidak berceramah menyelamatkan mahluk hidup,” kata bhiksu itu.
“Pada saat itu saya telah diberi makan, tetapi tidak berceramah kepada, setelah sekarang dipikirkan hati saya sungguh gelisah, untuk menyelesaikan masalah ini, saya berniat turun ke bumi untuk menyelamatkan penjagal yang memberi saya makan,” jelasnya.  
Bodhisattva langit dan bumi sangat gembira mendengar kabar ini, lalu membiarkan mereka reinkarnasi kembali ke bumi dengan ingatan masa lampau mereka telah dihapus bersih oleh penjaga neraka. Penjagal tetap menjadi penjagal, dan bhiksu ini tetap menjadi bhiksu, tetapi mereka sekarang menjadi sahabat baik.  
Pada suatu hari, bhiksu ini datang berkunjung kerumah penjagal, tetapi melihat toko penjagal ini tertutup, dia lalu mengetuk pintu, dia melihat penjagal dalam keadaan lesu dan sedih, dia lalu bertanya ada masalah apa, penjagal berkata dia kekurangan modal untuk membuka usahanya.
Lalu bhiksu ini berkata, “Jangan khawatir, saya akan meminjam modal kepadamu, engkau dapat melanjutkan usahamu kembali, tetapi syaratnya adalah ketika saya memerlukan pasokan daging kapanpun waktunya, engkau harus memenuhi permintaan saya!. ”
Setelah penjagal babi ini mendengar syarat yang diberikan dalam hatinya ia berpikir, “Usaha saya adalah menjual daging babi, tentu saja kapanpun engkau menginginkan pasokan daging dapat saya berikan, syarat ini sangat gampang.”
Lalu dia berjanji kepada bhiksu. Bhiksu lalu meminjamkan uangnya kepada penjagal, penjagal kembali bisa membuka tokonya. Selama 3 tahun tidak ada masalah. Bhiksu tidak pernah datang menagih hutangnya.
Pada tahun ke empat, Kaisar yang naik tahta adalah seorang umat Buddha yang setia, dia membuat peraturan, setiap tanggal 19 bulan Juni, pada ulang tahun Bodhisattva, diseluruh negeri selama 3 hari berpuasa tidak boleh memakan daging dan penyembelihan binatang, yang melanggar peraturan akan dihukum mati.
Tepat tanggal 19 Juni, bhiksu itu tergesa-gesa datang ke penjagal, memintanya memberikan kepadanya daging 10 gr, penjagal menjadi marah berkata, “Engkau sengaja mempermainkan saya ya, kenapa tidak datang lebih awal atau lebih lambat, harus hari ini, engkau tahu diseluruh negeri selama tiga hari tidak boleh memakan dan menyembelih binatang. Engkau sengaja datang mempersulit saya!.”
Bhiksu ini lalu berkata, “Kita berdua sudah berjanji, saya meminjamkan engkau modal, syarat satu-satunya adalah, kapanpun saya memerlukan pasokan daging engkau harus memenuhi permintaan saya, saya hari ini ada urusan penting memerlukan daging ini, bagaimana mungkin engkau tidak dapat memberikan kepada saya?.”
Penjagal tahu memang dia pernah berjanji, lalu berkata, “Bisakah engkau mencarikan saya jalan keluarnya?” Bhiksu berkata: ”Hari ini diseluruh negeri berpantang penyembelihan binatang dan berpuasa daging, penyembelihan binatang apapun akan dihukum mati, tetapi saya terdesak memerlukan daging, saya mempunyai sebuah akal, sekarang saya hanya memerlukan 10 gram daging, potong saja daging ditubuhmu.”
Penjagal menjerit, “Apa ? dari tubuh saya memotong sepotong daging. Apakah engkau kira saya tidak akan kesakitan?! Bhiksu tiba-tiba berkata:” Hanya memotong 10 gr daging ditubuh saja engkau sudah menjerit kesakitan, berapa banyak daging yang sudah engkau potong! Apakah mereka tidak akan kesakitan?.”
Penjagal langsung tersadar , “Benar ketika saya memotong hewan, mereka juga pasti kesakitan!” Mulai saat itu dia berhenti menjadi penjagal, mengikuti bhiksu ini belajar ajaran Buddha, akhirnya memperoleh buah status menjadi Bodhisattva. (Clearwisdom/hui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar